KEARIFAN LOKAL

“Menuju DAD Yang Modern Dan Mandiri Dengan Spirit Kearifan Lokal Dalam Bingkai NKRI" : Adil Ka’ Talino, Bacuramin Ka’ Saruga, Basengat Ka’ Jubata"(Adil Terhadap Sesama, Hidup Baik Pada Jalan Kebenaran, Taat Kepada Tuhan Yang Maha Kuasa)

Jumat, 17 April 2015

Betang Sebuah Karya Arsitektur Dayak Kalimantan Tengah

   
 Betang adalah rumah tinggal permanen yang pernah dikembangkan pada masa lalu di kalangan Dayak Kalimantan Tengah. Berdasarkan data arkeologis, tidak banyak banyak sisa-sisa arsitektur betang yang bisa kita jadikan referensi tentang arsitektur tradisional yang hanya ada di Kalimantan Tengah. Rumah besar sejenis memang ada di beberapa wilayah di Kalimantan Indonesia maupun di Sarawak dan Sabah. Di luar Indonesia dikenal dengan nama lami (long house). Di Sarawak ada lamin yang paling besar yaitu Ulu Ai, sedangkan di Kalimantan Timur, lamin mancong di Danau Jempang dan beberapa di pedalam Kalimantan Barat. Ditinjau dari segi bentuk, gaya maupun variasi antara betang dan lamin, terdapat perbedaan yang cukup mendasar.
Arsitektur betang di Kalimantan Tengah diperkirakan mulai dikenal sekitar abad ke 17-18. Kelompok etnis yang mengembangkan seni arsitektur tersebut adalah orang Ngaju – Ot Danum. Penentuan tersebut berdasarkan tinggalan arkeologi sebagai data pendukung serta kajian terntang berbagai aspek budaya kelompok etnis tersebut. betang yang masih dapat ditempati hanya terdapat di Tumbang Gagu (Kabupaten Kotawaringin Timur), di Tumbang Malahoi (Kabupaten Gunung Mas), di Tumbang Korik (Kabupaten Gunung Mas), di Desa Konut (Kabupaten Murung Raya). Sedangkan yang berupa reruntuhan terdapat di Desa Tumbang Anoi, Kabupaten Gunung Mas.
Rumah tinggal betang dibangun oleh beberapa kepala keluarga, biasanya orang bersaudara atau paling tidak mereka memiliki ikatan pertalian darah. Bangunan rumah ini permanen dan sangat kokoh, terbuat dari bahan kayu yang sangat kuat sehingga mampu dipergunakan hingga beberapa generasi. Bangunan ditopang oleh tiang-tiang besar dan tinggi lantai dari permukaan tanah rata-rata 3 (tiga) sampai 4 (meter). Bentuk dasar persegi panjang, dibangun memanjang menurut aliran sungai menghadap ke arah matahari terbit. Tiang, tongkat penopang lantai, rangka lantai dan papan lantai menggunakan kayu kuat dan tahan lama, yaitu kayu ulin. Tinggi dinding 2 ½ meter hingga 3 meter terbuat dari papan kayu kuat atau kulit kayu jenis tertentu. Rangka atap dari jenis kayu kuat ataupun ulin, berbentuk balok-balok yang lebih besar dibandingkan dengan rumah biasa. Ukuran bahan diupayakan tidak disambung kecuali pada bagian-bagian tertentu. Pemasangan bahan bangunan tidak menggunakan paku, hanya dilekatkan dengan pasak atau pun rotan. Bentuk atap berbentuk pelana dan ditutupi dengan sirap dari kayu ulin. Pintu masuk hanya satu dan langsung menuju ruang khusus yang berfungsi sebagai ruang tamu. Di bagian dalam terdapat gang/ lorong memanjang yang mengubungkan setiap kamar dan berakhir menuju pintu belakang ke arah dapur. Bangunan dapur terletak di belakang bangunan utama yang dihubungkan oleh pelataran terbuka. Bangunan utama dipisahkan dengan dapur kecuali kasus betang Tumbang Malahoi, dengan bangunan dapur menempel di sisi kiri dan kanan bangunan utama.

Pintu masuk hanya satu dan tangga khusus untuk memudahkan penghuni naik turun. Tangga biasanya bertingkat terbuat dari log kayu ulin yang ditakik-takik. Di bagian depan bangunan utama tidak terdapat beranda seperti lamin (long-house) di Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Sarawak, Sabah dan beberapa betang di aliran Sungai Barito.
Menurut kebiasaan apabila bangunan utama telah berdiri, maka masing-masing pemilik menyelesaikan bagian-bagian yang belum belum tuntas. Keadaan seperti ini dibuktikan dengan adanya bagian bangunan yang tidak lengkap dan pengerjaannya tidak seragam.

Sistem vemtilasi keseluruhan bangunan sangat kurang, hanya satu buah jendela untuk masing-masing kamar dan satu pintu untuk keluar masuk dari gang/ lorong di bagian dalam. Betang terbesar di Kalimantan Tengah dan masih ditempati oleh beberapa kepala keluarga hanya tersisa satu buah yaitu Betang Antang Kalang di Tumbang Gagu di tepi sungai kecil yang bernama Sungai Kalang, pedalaman Kabupaten Kotawaringin Timur. Sedangkan betang Tumbang Malahoi lebih kecil dan terdapat penyimpangan dalam meletakkan bagian dapur. Betang Tumbang Malahoi lebih kecil lagi karena beberapa bagian bangunan telah dibongkar. Betang Konut di Kabupaten Murung Raya, gaya arsitekturnya mewakili betang di Sungai Barito dan mendekati gaya bangunan lamin di Kalimantan Timur, Kalimantan Barat dan Sarawak.Berdasarkan data yang ada, penggunaan ornamen pada bangunan betang di Kalimantan Tengah hampir tidak pernah dijumpai.

Sumber : Dicuplik dari Tulisan Bapak Drs. Kiwok D. Rampai

5 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

      Hapus